jump to navigation

Acara Do’a Bersama Sebelum Peletakan Batu Pertama Pembangunan PPRM Februari 23, 2012

Posted by ppraudlatulmubtadiin in INFO MA'HAD.
1 comment so far

kemaren tepatnya hari sabtu tanggal 18 Februari 2012 PP.Raudlatul mubtadi’in melaksanakan acara peletakan batu pertama renovasi asrama pondok pesantren.

Acara tersebut berlangsung sangat sederhana yaitu bertempat di teras musholla PPRM dengan dihadiri oleh Dewan pengasuh yaitu KH.musta’in BIllah Shonhaji, KH.Drs.BAdrus Sholeh Shonhaji, dan KH.Muhammad Shoim Shonhaji. Acara tersebut terdiri dari pembacaan Tawassul pada para ulama’ khususnya pendiri PPRM “KH.SHONHAJI HADROWI & HJ.SITI ASIYAH YAHYA dilanjutkan pembacaan Sholawat nariyah dan ayat kursi dengan harapan dengan pembacaan tersebut asrama pesantren menjadi bermanfaat fiddini wad dunya wal akhiroh. Setelah acara tersebt di lanjutkan dengan pembacaan do’a oleh pengasuh PPRM KH.Musta’in Billah Shonhaji. dilanjutkan pula dengan acara peletakan batu pertama yang di awali oleh  pengasuh PPRM KH.Musta’in Billah Shonhaji, KH.Drs.BAdrus Sholeh Shonhaji, dan KH.Muhammad Shoim Shonhaji.

(lebih…)

” HADITS DAN SUNNAH” Februari 23, 2012

Posted by ppraudlatulmubtadiin in ARTIKEL.
add a comment

” HADITS DAN SUNNAH”

Hadist

  1. Definisi Hadits

Kata Hadits seperti apa yang telah ditinjau oleh Abul Baqa’[1],  adalah  kalimat isim dari lafadz Tahdiits yang mempunyai arti Ikhbar (Memberitahu). Kemudian dijadikan sebagai suatu istilah yang meliputi:

1. Qoul (ucapan)

2. Af’al (perbuatan)

3. Ikrar (ketetapan)

Dan semua itu di nisbatkan (analogi) terhadap Nabi Muhammad SAW.

Kata hadits ketika ditinjau  secara makna, dapat diklasifikasikan menjadi dua pengertian:

  1. (lebih…)

MEMBAHAS GOLONGAN2 PASCA NABI MUHAMMAD WAFAT Februari 23, 2012

Posted by ppraudlatulmubtadiin in ARTIKEL.
add a comment

SEJARAH TIMBULNYA PERSOALAN-PERSOALAN TEOLOGI DALAM ISLAM SERTA GOLONGAN-GOLONGAN ISLAM PASCA NABI MUHAMMAD WAFAT.

Selama di mekkah nabi Muhammad SAW hanya mempunyai fungsi kepala agama, dan tak mempunyai fungsi kepala pemerintahan, karena kekuasaan politik yang ada disana belum dapat dijatuhkan pada waktu itu.Di Madinah sebaliknya, nabi Muhammad SAW, disamping menjadi kepala agama juga menjadi kepala pemerintahan.

Ketika beliau wafat tahun 632 M daerah kekuasaan Madinah bukan hanya terbatas pada kota itu saja, tetapi boleh dikatakan meliputi seluruh semenanjung Arabia.

Jadi tidak mengherankan kalau masyarakat Madinah pada waktu wafatnya nabi Muhammad SAW sibuk memikirkan pengganti beliau untuk mengepalai negara yang baru lahir itu, sehingga penguburan nabi Muhammad SAW merupakan soal kedua bagi mereka.

Sejarah meriwayatkan bahwa Abu Bakar-lah yang disetujui oleh masyarakat islam di waktu itu menjadai pengganti atau kholifah nabi dalam mengepalai negara mereka.Kemudian Abu Bakar digantikan oleh ‘Umar Ibn al-Khattab dan ‘Umar oleh Utsman Ibn ‘Affan.

(lebih…)

INTELEGENSI Februari 22, 2012

Posted by ppraudlatulmubtadiin in ARTIKEL.
add a comment

Intelegensi (Kecerdasan)

Setelah agak banyak dibicarakan tentang berpikir, samapilah kita pada pembicaraan sesuatu yang berhubungan dengan kualitas berpikir, yakni kecerdasan pikir atau inteligensi.

  1. Pengertian tentang intelegensi:

Andaikata pikiran kita umpamakan sebagai senjata, bagaimankah kualitas dari senjata itu, tajam atau tidaknya kemampuan berpikir tidak lain kita bicarakan inteligensi (kecerdasan). Sehubungan dengan ini perlu diketahui lebih dahulu apakah intelek dan apakah inteligensi itu.

Intelek: (pikiran), dengan intelek orang dapat menimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan pengertian satu dengan yang lain dan menarik kesimpulan.

Inteligensi: (kecerdasan, pikiran), dengan inteligensifunsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi/untuk memecahkan suatu masalah. Dengan kata lain inteligensi adalah situasi kecerdasan berpikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen). Pada umumnya inteligen ini dapat dilihat dari kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah, dengan keadan diluar dirinya yang biasa maupun yang baru. Jadi perbuatan cerdas dicirikan dengan adanya kesanggupan bereaksi terhadap situasi dengan kelakuan yang baru yang sesuai dengan keadaan yang baru.

(lebih…)